Gerakan nasional salat subuh berjamaah 1212 yang berangkat dari spirit 212 menjadi headline di berbagai media massa baik cetak maupun daring (online).
Namun ada media arus utama (mainstream) yang nampak malu-malu memberitakan, dan kalaupun memberitakan, mencoba memilih pembingkaian (framing) negatif ketimbang memberi ulasan objektif bernada positif.
Contohnya, Kompas Online. Media yang terkenal agak "alergi" memberitakan kegiatan positif umat Islam, dalam pemberitaan pukul 09.38 pagi tadi justru memilih mengabarkan kegiatan jalan santai di Gasibu, Bandung. Padahal, peserta jalan santai tersebut sebagian besar adalah jamaah dari gerakan salat subuh berjamaah yang dilanjutkan dengan tabligh akbar di Gasibu.
Gasibu Dipadati Peserta Jalan Santai. https://t.co/RIzT2Bckzp— Kompas.com (@kompascom) December 12, 2016
Setelah "malu-malu" mengabarkan gerakan salat subuh berjamaah 1212, Kompas akhirnya mencoba memancing reaksi publik dengan headline mencolok, "Kapolri, Aher dan Ridwan Kamil Bagi-bagi Hadiah Umrah di Acara Shalat Subuh".
Berikut Headline Kompas yang menjadi sorotan netizen.
Kapolri, Aher, dan Ridwan Kamil Bagi-bagi Hadiah Umrah di Acara Shalat Subuh. https://t.co/BphLM2Z7xd— Kompas.com (@kompascom) December 12, 2016
Headline ini jelas memancing opini negatif para pembaca. Seolah-olah ada politik bagi-bagi hadiah di balik gerakan salat subuh berjamaah 1212!
Atas pembingkaian negatif ini, sejumlah reaksi keras pun dikicaukan netizen.
Framing Kompas ini agak "sinis" dengan menebalkan "Shalat Subuh" padahal di spanduk jelas ada tulisan "Tabligh Akbar." Akhirnya jadi bahan. pic.twitter.com/co4jD418MQ— Masnur Marzuki (@MasnurMarzuki) December 12, 2016
Kembaran metro tv, gak objektif lagi kan pemberitaannya?. Giliran diboikot nanti ikutan produser metro ngamuk lalu playing victim deh. pic.twitter.com/8Owbk44l3n— Sebutir debu (@kerjaanonline) December 12, 2016
Sampai kapan Kompas mau mempermainkan emosi umat Islam? Jika mempermainkan emosi umat adalah pilihan yang diambil Kompas, jangan salahkan umat Islam jika nanti kemudian muncul gerakan untuk menolak dan memboikot media besar milik kelompok pengusaha Katolik ini.