Keterangan terdakwa Basuki T.Purnama (Ahok) dalam sidang ke-17 kasus dugaan penistaan agama membuktikan bahwa Ahok tidak pernah bermaksud menistakan agama Islam.
“Sangat jelas bahwa Pak Ahok tidak ada niat menistakan atau menodakan agama Islam. Justru sebaliknya, Pak Ahok adalah korban diskriminasi SARA dan kriminalisasi. Hak asasinya telah diinjak-injak,” ujar Ketua Bidang Hukum dan HAM DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Triana Dewi Seroja, dalam keterangan pers tertulis, Rabu (5/4).
Ditegaskan Triana, banyak bukti valid yang menunjukkan kepedulian Ahok terhadap umat Islam, khususnya di Jakarta. Salah satunya, Ahok pernah berkomitmen memperbaiki semua masjid atau musala di DKI Jakarta yang memiliki tempat wudhu, kamar mandi, atau toilet berkategori tidak layak. Ahok juga kerap menyisihkan 2,5 persen dari penghasilannya sebagai pejabat negara untuk disedekahkan dalam bentuk zakat.
Triana juga menjelaskan, Ahok sudah menandatangani Nota Kesepahaman dengan PPP kubu Djan Faridz, yang berisi program-program kerja yang berdampak langsung kepada umat Islam. Antara lain, menambah fungsi Islamic Center yang terletak di Jakarta Utara untuk menjadi pusat perpustakaan sejarah Islam Indonesia. Membangun Masjid Raya di setiap wilayah kotamadya seperti Masjid Raya di Daan Mogot, Jakarta Barat. Dan, meningkatkan anggaran kesejahteraan imam, muadzin, ustadz, ustadzah, sertah marbot Masjid dan mushala di DKI Jakarta dengan memberikan tunjangan bulanan.
“Penandatanganan MoU itu adalah bukti nyata Ahok memuliakan umat Islam,” tegasnya.
Lebih jauh, Anggota Tim Advokasi Bhinneka Tunggal Ika BTP itu mengungkapkan banyaj prestasi Ahok yang terbukti bermanfaat langsung kepada umat Islam. Yang paling sederhana adalah membangun Masjid di Balai Kota, yang diberi nama Masjid Fatahillah. Masjid ini digagas di era Gubenur Joko Widodo, namun dilaksanakan dan dibereskan di era Ahok setelah puluhan tahun Balai Kota tidak memiliki masjid.
Ahok juga yang membangun Masjid Agung Jakarta dengan dana Rp 170 miliar di kawasan Daan Mogot, Jakarta Barat, di atas tanah seluas 17,8 hektare dan bangunan seluas 2 hektare. Memang, selama puluhan tahun pula Ibu Kota negara ini tidak memiliki Masjid Agung.
Selain itu, sejak 2014, sudah ada lebih dari 100 orang marbut dan kuncen yang dikirim Ahok untuk berangkat umroh. Ahok juga berencana akan meng-umrohkan 100 orang marbut untuk tahun ini.
“Yang paling fenomenal adalah Ahok berhasil menutup tempat-tempat yang dikenal sebagai tempat prostitusi, perdagangan manusia, transaksi narkoba, dan dianggap oleh kalangan Islam sebagai pusat maksiat. Termasuk tempat yang sulit ditutup karena konon dibekengi aparat dan preman. Begitu juga dengan diskotik yang ditutup karena peredaran narkoba seperti Stadium dan Miles,” jelas Triana.
Namun, terlepas dari deret kebaikan dan prestasi Ahok bagi umat Islam Jakarta itu, Triana menegaskan bahwa semua warga negara Indonesia punya hak sama untuk hidup, beribadah, untuk mendapatkan keadilan, juga turut serta dalam pemerintahan. Hak itu tidak membedakan agama, suku dan ras, serta dijamin oleh UUD 1945.
“Jangan memaksakan kehendak dan mengebiri hak asasi seseorang. Kalau karena beda agama bisa hancur negeri ini, maka bukan tak mungkin dunia hancur karena perbedaan agama,” ujarnya. [rmol]