Kiai Banten: Pak Kapolri, Saya Mah Cuma Pengen Ahok Ditangkap

Media Opini - Kehadiran Kapolri Jenderal Tito Karnavian dalam acara Istigosah Akbar di Masjid Agung Al-Bantani, Kawasan Pusat Pemerintahan Provinsi Banten (KP3B), Curug, Kota Serang, Jumat (25/11/2016) diisi juga dengan dialog dengan para ulama, kiai dan ustaz.

Dalam dialog yang digelar di Aula Pendopo Gubernur Banten itu, Kapolri banyak mendapat masukan dan pertanyaan terkait kasus dugaan penistaan agama dengan tersangka Gubernur non-aktif DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.

"Pak Kapolri, saya mah cuma pengen Ahok ditangkap. Wong jelas-jelas menistakan agama. Kita ini pimpinan pesantren capek setiap hari, santri di mana-mana ngomonginnya Ahok aja,” kata KH Yusuf, pimpinan Pondok Pesantren di daerah Cinangka, Kabupaten Serang.

Dalam pertemuan itu, Kapolri didampingi Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar, Kapolda Banten Kombes Pol Listyo Prabowo dan Kapolres Serang AKBP Nunung Syafiuddin.

Bahkan, saat itu sempat muncul pernyataan keras untuk Jenderal Tito Karnavian dari peserta dialog yang menyebut Kapolri arogan, karena membuat pernyataan bahwa gerakan Aksi Bela Islam 4 November 2016 adalah makar.

“Mohon Bapak Kapolri jangan arogan,” ucap salah seorang ustaz, yang membuat forum sedikit agak tegang.

Sementara itu, Koordinator Majelis Pesantren Salafiyah (MPS) Provinsi Banten, KH Matin Syarkowi, mengatakan, persoalan yang terjadi saat ini hanya masalah perbedaan pandangan, yang akhirnya bergejolak ke masalah negara.

“Saya menganggap ini kecenderungan adu tafsir dalam surat Al-Maidah. Padahal sah saja berbeda pandangan, asal jangan diganggu keutuhan NKRI,” tuturnya.

Pertemuan yang cukup tertutup ini juga membicarakan rencana Aksi Bela Islam Jilid III yang akan dilaksanakan 2 Desember mendatang.

"Siapapun sah saja dalam berpandangan dan menyampaikan pendapat, termasuk para alim ulama. Saya hanya menyampaikan bahwa jam 10 pagi tadi (Jumat 25 November), 846 halaman berkas Ahok sudah kami limpahkan ke kejaksaan,” kata Tito.

Mantan Kepala Densus 88 Mabes Polri yang pernah menjadi Kapolres Serang ini juga menjawab anggapan bahwa dirinya arogan. Tito mengklarifikasi dan menyatakan bahwa Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 adalah 80 persen menuntut Ahok jadi tersangka.

“Aksi itu murni 80 persen. Yang saya bilang makar itu, orang-orang yang mau mengusik keutuhan NKRI, yang tujuannya menggulingkan pemerintahan termasuk Presiden dan DPR nya,” kata Tito, menjelaskan. [nm]