Bagaikan roller coaster. Begitulah Ahok menjalani takdir kehidupannya dalam rentang satu tahun terakhir. Pemilik nama lengkap Basuki Tjahaja Purnama itu mengalami perubahan nasib 180 derajat yang tak pernah terbayangkan dalam imajinasi liar siapapun.
Juni 2016, Ahok masih menghuni Balaikota DKI Jakarta. Kursi empuk didudukinya. Pendingin ruangan yang nyaman plus ajudan yang siap melayaninya. Suami Veronica Tan itu bahkan diyakini banyak lembaga survey akan kembali menjadi orang nomor satu di ibukota karena tak ada lawan yang menandinginya.
Populi Center misalnya. Pada 23 Juni 2016 merilis hasil surveynya. Elektabilitas bakal calon petahana Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada DKI 2017 sangat tinggi.
Berdasarkan survei top of mind tersebut, elektabilitas pria yang akrab disapa Ahok itu mencapai 51,2 persen atau sedikit meningkat dari hasil survei pada April 2016 dengan elektabilitas 50,8 persen. Belum ada figur potensial yang mampu menyaingi elektabilitas Ahok.
"Elektabilitas Ahok tetap menduduki peringkat pertama dan tidak ada calon potensial untuk mengalahkannya," kata pengamat politik dari Populi Center saat menyampaikan hasil surveinya, Usep S Ahyar, di kantor Populi Center, Slipi, Jakarta Barat, Kamis (23/6/2016).
Beberapa figur yang masuk dalam survei dan elektabilitasnya di bawah Ahok adalah Yusril Ihza Mahendra dengan elektabilitas 10,2 persen, Sandiaga Uno dengan elektabilitas 4 persen, Ridwan Kamil dengan elektabilitas 3,5 persen, dan Tri Rismaharini dengan elektabilitas 1,8 persen.
Lalu ada Saiful Mujadi Research and Colsunting (SMRC). Menurut Direktur Programnya, Sirojudin Abbas, gubernur petahana Basuki Tjahaja Purnama masih belum mendapatkan lawan yang seimbang pada Pilkada DKI 2017.
Hal tersebut terlihat dari hasil survei yang dilakukan SMRC pada 24-29 Juni 2016.
"Selisih elektabilitasnya (Ahok) dengan saingan terdekatnya masih jauh, di atas 30 persen," ujar Abbas saat merilis hasil survei SMRC terkait Pilkada DKI 2017 di Kantor SMRC, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (21/7/2016).
Ahok diopinikan tak tertandingi. Dia diperkirakan akan melenggang mudah ke kursi gubernur DKI Jakarta. Warga ibukota harus bersiap menerima kenyataan pahit: dipimpin gubernur arogan, phobia Islam dan bermulut kasar.
Tapi roda nasib berputar begitu cepat sejak Oktober 2016 saat Ahok mengatakan "Jangan mau dibohongi pakai Al-Maidah:51". Kalimat itu secara jelas menista Al-Quran dan agama Islam. Protes bergelombang datang dari umat Islam akibat perlakuan istimewa terhadap Ahok. Hingga lahirlah Aksi Bela Islam berjilid-jilid dan yang paling fenomenal 212 ketika 7 juta umat Islam mengepung Monas dan Sholat Jumat dalam kondisi hujan.
Desakan kuat umat Islam membuat akhirnya Ahok disidang. Dan disaat yang sama, berpasangan dengan Djarot Syaiful Hidayat, Ahok maju dalam pilkada. Persidangan dan pertarungan dalam kontestasi pilkada berakhir pahit bagi Ahok. Mantan Bupati Belitung Timur itu jadi pecundang.
Di pilkada, warga Jakarta menghendaki Anies-Sandi sebagai gubernur dan wakil gubernur baru. Ahok-Djarot kalah telak. Dan dalam sidang 9 Mei, Ahok divonis 2 tahun penjara dan harus segera dieksekusi menghuni lapas.
Setahun lalu, ketika usianya menginjak 50 tahun pada 29 Juni, sejumlah warga yang mengatasnamakan pendukung Ahok mendatangi Balai Kota untuk merayakan ulang tahunnya. Setidaknya, lima kelompok pendukung hadir saat itu, yakni Dukung Ahok Gubernur DKI (DAG-DKI), Teman Ahok, Gubernur Ahok Pilihanku (GAP), Laskar Ahok, dan Relawan Koboy Jakarta.
Mereka sudah memenuhi halaman Balai Kota sejak pagi. Berbagai hadiah disiapkan untuk menyambut kedatangan Ahok, dari karangan bunga, kue ulang tahun, karikatur, dan lainnya.
Tak hanya di Balai Kota, Ahok mengaku juga mendapatkan kejutan saat ia hendak berangkat dari rumah. Mereka menanti Ahok di depan rumah Ahok. "Dari pagi di rumah juga dicegatin orang. Orang datang aja minta foto," tutur Ahok. Meski begitu, Ahok mengatakan istrinya, Veronica Tan, adalah orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun.
Hari ini, Kamis, 29 Juni 2017, Ahok tak mendapatkan ucapan selamat di Balaikota karena harus mendekam di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat. Statusnya pun bukan lagi gubernur tapi terpidana. Roller coaster kehidupannya itu harus dia jalani, tepat di usianya yang ke-51 tersebab penistaannya pada Al-Maidah:51.
Oleh: Erwyn Kurniawan